LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
VIII
POLA
PENYEBARAN INDIVIDU DALAM POPULASI
NAMA : NUR SAKINAH
NIM :
H41112293
KELOMPOK : 1 (SATU) B
HARI/TANGGAL : SELASA/ 19 APRIL 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURUL QALBY
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu
berinteraksi dengan organisme lainnya hal inilah yang menjadi dasar pentingnya
mempelajari mengenai populasi. Dari sejak awal munculnya variasi jenis
organisme di bumi, muncul pula karakteristik dari setiap kelompok yang selalu
ingin hidup bersama diantara sesama jenisnya, sehingga hampir semua jenis
organisme di bumi dijumpai cenderung hidup mengelompok (Umar, 2013).
Perubahan-perubahan dalam jenis
habitat juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola penyebaran, dan
dalam habitat yang sama, spesies-spesies yang berada biasanya memperlihatkan
perbedaan pola penyebaran (Setiadi,
1990).
Penyebaran populasi merupakan
pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi
berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau
manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi
dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari
predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik
lainnya (Umar, 2013).
Informasi
kepadatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang
lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua
populasi mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai
perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran spatialnya (tempat). Kepadatan
populasi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya (Umar, 2013). Untuk mengetahui pola
penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Mourisita maka
dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.
Menentukan pola
penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Mourisita.
2.
Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.
1.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
Pola Penyebaran Individu Dalam Populasi ini
dilakukan pada hari Jum`at, tanggal 19 April 2013 pukul
14.30-16.00 WITA bertempat di
Laboratrorium Biologi Dasar Lantai 1, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar, dan pengambilan data dilakukan di samping
Jurusan Geologi, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk
yang sama jenis (kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi
genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai
karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik
sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soegianto, 1994).
Populasi umumnya bervariasi dari
waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran
poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan populasi lain berfluktasi cukup
besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang
untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi,
pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam
populasi dalam upaya untuk memahami alam (Heddy, 1986).
Terdapat dua
ciri dasar dari suatu populasi yaitu ciri biologi, yang merupakan ciri yang
dipunyai oleh suatu
individu pembangun populasi itu, serta ciri statistik yang
merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok dari individu-individu.
Seperti halnya suatu individu organisme suatu populasi pun memiliki struktur
dan organisme tertentu, yang sifatnya ada
yang konstan ada pula yang mengalami perubahan sejalan dengan waktu, memiliki
ontogeny atau sejarah perkembangan kehidupan, dapat dikenai dampak
faktor-faktor lingkungan dan dapat
memberikan respon terhadap faktor-faktor lingkungan (Heddy, 1986).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan
dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan
luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi
sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk
membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak
begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif
dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan
semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase (Soegianto, 1994).
Penyebaran
populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola (Umar, 2013) yaitu:
1.
Emigrasi,
yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan
tinggal secara permanen.
2.
Imigrasi,
yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara
permanen.
3.
Migrasi,
yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah
populasi lainnya secara periodik.
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung
pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola
penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan
biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran
demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga
kategori (Michael, 1994) yaitu:
1.
Penyebaran teratur atau seragam, dimana
individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini
terjadi bila ada persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong
pembagian ruang hidup yang sama.
2.
Penyebaran secara acak (random), dimana
individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat
lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan
homogen.
3.
Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana
individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat
sendiri secara terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya
kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Dari ketiga kategori ini,
rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan merupakan
gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada
tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal
dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada
hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan
sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan
tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap
adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak
seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael,
1994).
Pola
penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan
demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu
yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan
bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada
umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam.
Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi
lokal, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti
atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak,
serta atraksi sosial yang
merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni
tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy,
1986).
Suatu
populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang
membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi
seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi
mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau
satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas),
yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi
ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi
ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur,
komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Populasi dapat konstan dapat pula
berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun terus. Perubahan-perubahan
demikian merupakan fokus utama ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelahiran
(natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Mc
Naughton, 1990).
Migrasi musiman tidak hanya
memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan tidak baik dalam ketiadaan
migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara laju rata-rata
kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi yang tidak bermigrasi sering
kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan
semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi
migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang
sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti (Odum, 1993).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis, dan plot dengan ukuran
1 x 1 meter
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah tumbuhan disekitar areal pengamatan sebagai objek penelitian.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.
Dipilih satu
areal komunitas dan populasi yang memiliki keanekaragaman jenis sebagai areal
untuk melakukan pengkuran.
2.
Disiapkan plot dengan ukuran 1 X1 meter
3.
Diletakkan plot secara acak diatas areal
4.
Dihitung dan dicatat jenis organisme (hewan maupun tumbuhan) yang terdapat
didalam area plot
5.
Dilakukan
pengamatan kembali sebanyak 10 kali di
tempat berbeda, kemudian selanjutnya dilakukan perhitungan di Laboratorium.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil Pengamatan
Tabel 1. hasil pengamatan
Plot
|
Spesies
|
||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
R
|
S
|
|
1
|
20
|
35
|
15
|
4
|
18
|
3
|
4
|
15
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
57
|
6
|
6
|
0
|
12
|
57
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
30
|
20
|
0
|
5
|
3
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
3
|
4
|
0
|
5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
10
|
4
|
19
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
4
|
0
|
0
|
34
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
32
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
11
|
16
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
7
|
6
|
0
|
0
|
42
|
0
|
5
|
0
|
46
|
15
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
12
|
1
|
0
|
8
|
8
|
0
|
0
|
44
|
0
|
0
|
0
|
0
|
23
|
1
|
0
|
9
|
1
|
0
|
0
|
0
|
6
|
1
|
0
|
9
|
8
|
6
|
2
|
32
|
0
|
11
|
0
|
37
|
1
|
6
|
0
|
18
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10
|
11
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
13
|
5
|
0
|
0
|
5
|
2
|
7
|
8
|
0
|
0
|
0
|
4
|
∑
|
101
|
81
|
17
|
223
|
31
|
26
|
4
|
125
|
101
|
8
|
1
|
81
|
9
|
26
|
9
|
7
|
18
|
2
|
4
|
IV.2 Analisis Data
Id = n
Keterangan : - n
= Jumlah plot
- N = Jumlah total
individu
- ∑X2 = Kuadrat jumlah spesies/plot
Terdistribusi : - Acak,
jika Id = 1
- Seragam, jika Id < 1
- Kelompok, jika Id > 1
X2 = ( n ∑X2
/ N ) – N
IV.3 Pembahasan
Penyebaran populasi merupakan
pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi
berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau
manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi
dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari
predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik
lainnya.
Dalam
percobaan dilakukan pengambilan data dengan menggunakan metode plot yang
dilemparkan secara acak sebanyak 10 kali ( n ) dengan plot berukuran 1 x 1
meter di sebuah lokasi yakni di belakang Jurusan Biologi, Universitas
Hasanuddin. Dalam pengambilan data diperoleh 19 jenis spesies organisme. Spesies
yang diperoleh diberi simbol dengan huruf dari A sampai S.
Spesies
A berjumlah 101, spesies B berjumlah 81, spesies C berjumlah 17, spesies D
berjumlah 223, spesies E berjumlah 31, spesies F berjumlah 26, spesies G
berjumlah 4, spesies H berjumlah 125, spesies I berjumlah 101, spesies J
berjumlah 8, spesies K berjumlah 1, spesies L berjumlah 81, spesies M berjumlah
9, spesies N berjumlah 26, spesies O berjumlah 9, spesies P berjumlah 7,
spesies Q berjumlah 18, spesies R berjumlah 2, dan spesies S berjumlah 4.
Berdasarkan
data diketahui bahwa populasi dalam lokasi tersebut memilki pola penyebaran
mengelompok dan acak. Pola penyebaran yang tergolong rendah didapatkan pada
spesies K, M, R yaitu berarti penyebarannya secara acak dari hasil ujian yang dilakukan
yang berarti X2 hitung < X2
tabel yang menunjukkan pola penyebarannya secara acak sedangkan pola penyebaran
yang tinggi di dapatkan pada spesies A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, L, N, O, P,
Q, dan S yang berarti pola penyebarannya mengelompok dari hasil ujian yang
dilakukan yang berarti X2 hitung > X2 tabel yang menunjukkan bentuk
penyebarannya secara acak.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi persebaran populasi tersebut adalah kelahiran (natality), kematian (mortality)
dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) dan juga lingkungan tempat tinggal makhluk
hidup. Dalam percobaan yang dilakukan hewan yang didapat sedikit, hal ini
disebabkan kondisi cuaca yang pada saat itu sedang turun hujan deras.
Dari hasil percobaan
yang didapat dapat disimpulkan bahwa pola penyebaran populasi yang ada pada
areal tempat percobaan tinggi. Hal ini berdasarkan data hasil indeks Mourisita
yang didapat yang menunjukkan persebaran yang didapat tinggi karena berdasarkan
pengambilan acak. Tetapi populasi hewan yang didapat sedikit hal ini disebabkan
oleh faktor cuaca yang pada saat dilakukan pengambilan sampel tidak mendukung.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan
menggunakan Indeks Morisita, pada metode plot acak didapatkan hasil pola
penyebaran yang tergolong rendah didapatkan pada spesies K, M, R yaitu berarti
penyebarannya secara acak dari hasil ujian yang dilakukan yang berarti X2 hitung
< X2 tabel yang
menunjukkan pola penyebarannya secara acak, sedangkan pola penyebaran yang
tinggi di dapatkan pada spesies A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, L, N, O, P, Q,
dan S yang berarti pola penyebarannya mengelompok dari hasil ujian yang
dilakukan yang berarti X2 hitung > X2 tabel yang menunjukkan bentuk
penyebarannya secara acak.
2.
Pengambil data untuk mengetahui jenis pola penyebaran
individu dalam
populasi dilakukan dengan menggunakan teknik sampling
organisme berupa metode plot dan untuk analisis data digunakan indeks Morisita.
Setelah melakukan pengambilan data,
mahasiswa telah mengetahui bagaimana cara menerapkan teknik-teknik
sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran
individu dalam populasi.
V.2
Saran
Sebaiknya
percobaan dilakukan pada saat cuaca mendukung agar praktikan memperoleh hasil
yang valid dan agar praktikan terhindar dari sakit akibat kehujanan.
DAFTAR PUSTAKA
Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.
Michael, P.
E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas Indonesia, Jakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setiadi,
D., 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat
Antar Ilmu Hayat, IPB.
Soegianto, Agoes., 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya
Umar, M. R., 2010. Ekologi Umum. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi
Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar