LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
1
KOLERASI
ANTARA PANJANG DAN BERAT
NAMA : NUR SAKINAH
NIM :H41112293
KELOMPOK : 1 (SATU)
HARI/TANGGAL : SELASA/ 19 MARET 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURUL
QALBY
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makluk hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan seiring. Pertumbuhan adalah proses
pertambahan ukuran suatu organisme yang irreversible (tidak dapat kembali ke
keadaan semula) karena adanya pembelahan sel, pembesaran sel, dapat disebabkan
oleh keduanya. Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. Perkembangan
adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu.
Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan
dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan(Pratiwi, 2007).
Pertumbuhan dan
perkembangan memiliki arti yang sangat penting bagi makhluk hidup. Misalnya
pada manusia, dengan tumbuh dan berkembang dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan melestarikan keturunannya. Sewaktu masih bayi, balita, dan anak
kecil, manusia memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah sehingga mudah
terserang penyakit. Tetapi, setelah tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, daya
tahan tubuhnya semakin kuat sehingga kelangsungan hidupnya lebih terjamin (Hamid,
2010).
Setiap organisme dialam
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pada perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis, diferensiasi,
dan pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran
organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume,
ukuran danbanyaknya matriks intraseluler selnya (Umar, 2013). Oleh karena itu
dilakukan percobaan ini untuk melakukan suatu pengukuran dengan beberapa biji
untuk mengetahui kolerasi antara panjang dan berat biji tersebut.
1.2
Tujuan praktikum
Tujuan
dari percobaan ini antara lain:
1.
Untuk mengetahui hubungan korelasi
antara panjang dengan pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2.
Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam
menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.
1.3
Waktu dan Tanggal Praktikum
Percobaan
kolerasi antara panjang dan berat dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Maret
2012 pukul 14.30-17.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pertumbuhan
adalah pertambahan massa dan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat
kembali ke asal). Pertumbuhan pada organisme sering kali disertai dengan
perubahan bentuk karena adanya perubahan volume. Perubahan volume ini terjadi
karena pertambahan jumlah sel sebagai aktifitas titik tumbuh dan adanya
penambahan substansi didalam setiap sel.
Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan zigot menjadi embrio dan akhirnya menjadi
tanaman yang besar (Handayani, 2010).
Perkembangan adalah
proses menuju kedewasaan. Perkembangan pada tumbuhan biasanya ditandai dengan
matangnya serbuk sari atau spora. Perkembangan biasanya berjalan seiring denagn
pertumbuhan yang sedang berlangsung. Proses perkembangan ini terjadi pada
sel-sel gamet yang dipergunakan untuk bereproduksi. Pada tumbuhan berspora,
proses perkembangan terjadi pada sporangium. Sporangiumadalah tempat spora yang
sudah matang, proses pematangan spora yang juga proses perkembangan terjadi
pada sporangium. Pada tumbuhan berbiji, pembentukan gamet jantan terjadi pada
serbuk sari, sedangkan gamet betina terjadi pada kantung lembaga di dalam bakal
biji (Mentari, 2009).
Perkembangan pada
tumbuhan diawali dengan fertilisasi. Pada awal perkembangannya, embrio
mendapatkan makanan dari kotiledon. Kotiledon terdapat pada biji tumbuhan
tingkat tinggi. Tumbuhan dikotil memiliki dua kotiledon, sedangkan monokotil
memiliki satu kotiledon. Pertumbuhan awal tumbuhan dari biji menjadi tanaman
baru disebut perkecambahan. Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu epigeal dan hipogeal. Pada perkecambahan
epigeal, kotiledon terdapat di permukaan tanah karena terdorong oleh
pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas (Hamid, 2010).
Pertumbuhan
dalam tumbuhan ada 2, yaitu pertumbuhan primer dan sekunder. Pertumbuhan primer
menghasilkan bagian tumbuhan primer yang terdiri dari 3 sistem jaringan, yaitu
akar, batang, dan daun. Pertumbuhan primer menghasilkan bagian tumbuhan
sekunder. Jaringan mengalami pertambahan dalam diameter. Pertambahan ukuran
batang dan akar disebabkan dari produksi sekunder sel baru melalui kambium
vaskular dan kambium gabus. Kambium vaskular merupakan perwujudan pertumbuhan
yang terus-menerus dan sel meristem silinder yang menghasilkan xylem dan floem
dimana floem sebagai jalan atau jalur zat organik dan hasil fotosintesis,
sedangkan xylem sebagai jalan untuk air dan mineral. Keduanya merupakan saluran
pengangkutan pada tumbuhan (Campbell, dkk., 2008).
Pada dasarnya
pertumbuhan ada 3 macam (Umar, 2013)
yaitu:
a. Pertumbuhan
allometrik yaitu variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian tubuh yang
membantu memberi bentuk organisme
b. Pertumbuhan
determinan yaitu pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah
mencapai ukuran tertentu. Ini umumnya merupakan cirri khas dari hewan
c. Pertumbuhan
intermediet yaitu pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup.
Ini umumnya merupakan ciri khas dari tumbuhan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Asnani, 2009) antara lain:
A. Faktor
internal
Adapun
yang termasuk dalam faktor internal yaitu:
1) Gen
Ukuran, bentuk, dan
kecepatan tumbuh dikendalikan oleh gen gen
yang terdapat di dalam kromosom. Gen-gen tersebut diwariskan dari induk
tumbuhan kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan mengatur pola dan kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2) Hormon
Hormon merupakan senyawa
organik yang mengatur pertumbuhan tumbuhan. Hormon juga dikenal sebagai zat
tumbuh, Seperti: Auksin, giberelin,
sitokinin, gas etilen, asam absisat, dan
kalin.
B. Faktor
eksternal
Yang
termasuk dalam faktor eksternal yaitu:
1. Air
dan Mineral
Tumbuhan memerlukan air
dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air dan mineral diserap dari
dalam tanah oleh akar. Air berfungsi sebagai pelarut dan untuk fotosintesis.
Mineral seperti karbon, nitrogen, fosfat, kalsium, dan magnesium berguna
sebagai bahan pembangun tubuh tumbuhan.
2. Kelembapan
Kelembapan menunjukkan
kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan rendah, transpirasi akan
meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Keadaan ini dapat
memacu laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
3. Cahaya
Cahaya
matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses ini menghasilkan
makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh.
4. Metagenesis
Siklus hidup tumbuhan
memperlihatkan suatu pergiliran keturunan (metagenesis). Pergiliran keturunan
meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit atau fase generatif
merupakan tahap menghasilkan gamet haploid. Fase sporofit atau fase vegetatif
merupakan tahap menghasilkan spora. Gametofit menghasilkan gamet haploid yang
menyatu membentuk zigot.
Cahaya mempunyai
pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses fotosintesis dan pembungaan.
Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan
fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses
perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya
berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan
(mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman
toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas
atau tanaman intoleran (Mentari, 2009).
Teknik korelasi
merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel
berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu
variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan
dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika
kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam
variabel lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan
atau korelasi (Ayu, 2011).
Pengukuran merupakan
suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum
diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui
nilainya, misalnya dengan besaran standart,
sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran
banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri sedangkan alat
ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya
objek yang diukur serta hasil yang di inginkan (Hamid, 2010).
Untuk mengetahui pertumbuhan
pada hewan maupun tumbuhan dilakukan pengukuran panjang maupun berat sebelum
dan sesudah pertumbuhan. Untuk mengukur perubahan panjang atau tinggi maupun
berat dapat dikerjakan langsung pada objek yang hendak diukur dengan alat
pengukur, misalnya penggaris, meteran, jangka sorong maupun neraca
(Soedarjatmo, 2001).
Everhart
dan Youngs (1981), menyatakan bahwa bahwa analisa hubungan panjang–berat yaitu
dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of
plumpness, yang merupakan salah satu derivat penting dari pertumbuhan untuk
membandingkan kondisi (fitness, well-being) atau keadaan kesehatan relatif
populasi atau individu tertentu. Menurut Vakily, 1986 Hubungan panjang -berat
dan faktor kondisi secara sistematis mempunyain ilai praktis karena dapat
digunakan untuk mengkonversi panjang ke berat atau berat ke panjang (Manik,
2009).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan
pada percobaan ini antara lain : Neraca saku (0,01 gram), Jangka sorong (0,05
mm), Spidol, Mistar, dan Kalkulator.
III. 2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini
yaitu 15 buah biji Jarak Ricinus comunisdan 15 biji Flamboyan Delonix regia dan kertas HVS.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah
sebagai berikut :
1. Kertas
HVS diambil lalu bagi menjadi 15 bagian berbentuk kotak dengan spidol. Diberi
nomor pada setiap kotak mulai dari nomor 1 hingga 15 dan diberi tanda P
(panjang biji) dan B(berat biji) pada bawah tiap kotak untuk datanya.
2. 15
biji yang tersedia diambil secara acak dan diletakkannya pada kotak bernomor
yang sudah dibuat.
3. Untuk
diukur panjangnya, diambil satu biji dari salah satu kotak kemudian ukur
panjangnya denganjangka sorong, setelah selesai catat hasil pengukuran pada
simbol P di kotak yang bijinya sedang diukur dan dikembalikan biji ke kotak
semula.Ulangi hingga semua biji diukur.
4. Untuk
diukur beratnya, diambil satu biji dari salah satu kotak lalu ukur beratnya
dengan timbang di Neraca saku, setelah selesai catat hasil pengukuran pada
simbol B di kotak yang bijinya diambil dan dikembalikan biji ke kotak semula.
Ulangi hingga semua biji sudah diukur.
5. Hasil
pengukuran di hitung dengan rumus dan analisis data tersebut. Gunakan 2 data
dari 2 kelompok yang dilakukan pengukuran.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil Pengamatan
IV. 1. 1 Hasil Pengamatan Biji Jarak
Ricinus communis
Tabel 1. Pengukuran Panjang dan Berat biji Jarak Ricinus communis
No.
|
Jarak Ricinus
communis
|
|
Panjang (cm)
|
Berat (gr)
|
|
1
|
1,135
|
0,30
|
2
|
1,115
|
0,34
|
3
|
1,130
|
0,26
|
4
|
1,130
|
0,30
|
5
|
1,050
|
0,30
|
6
|
1,010
|
0,34
|
7
|
1,030
|
0,32
|
8
|
1,080
|
0,30
|
9
|
1,110
|
0,34
|
10
|
1,150
|
0,32
|
11
|
1,115
|
0,28
|
12
|
1,150
|
0,30
|
13
|
1,100
|
0,28
|
14
|
1,160
|
0,34
|
15
|
0,915
|
0,30
|
Jumlah
|
16,380
|
4,62
|
IV.
1. 2. Hasil Pengamatan Biji Flamboyan Delonix regia
Tabel 2. Pengukuran Panjang dan Berat
biji Flamboyan Delonix regia
No.
|
Flamboyan Delonix
regia
|
|
Panjang (cm)
|
Berat (gr)
|
|
1
|
0,265
|
0,94
|
2
|
0,269
|
0,92
|
3
|
0,2625
|
0,88
|
4
|
0,266
|
0,92
|
5
|
0,266
|
0,84
|
6
|
0,268
|
1
|
7
|
0,275
|
0,94
|
8
|
0,255
|
0,94
|
9
|
0,2575
|
0,76
|
10
|
0,267
|
0,86
|
11
|
0,267
|
0,92
|
12
|
0,2495
|
0,9
|
13
|
0,262
|
0,9
|
14
|
0,246
|
0,84
|
15
|
0,2525
|
0,9
|
Jumlah
|
3,928
|
13,46
|
IV.2.
Analisis Data
IV.2.1 Data Hasil
Pengukuran Panjang dan Berat Biji Jarak Ricinus communis
Tabel 3. Data Hasil Pengukuran
Panjang dan Berat Biji Jarak Ricinus
communis
No.
|
Xi
|
Xi²
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)²
|
Yi
|
Yi²
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)²
|
Xi.Yi
|
1
|
1,135
|
1,288
|
0,043
|
0,002
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,340
|
2
|
1,115
|
1,243
|
0,023
|
0,0005
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
3
|
1,130
|
1,277
|
0,038
|
0,0014
|
0,26
|
0,07
|
-0,238
|
0,0566
|
0,294
|
4
|
1,130
|
1,277
|
0,038
|
0,0014
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,339
|
5
|
1,050
|
1,102
|
-0,042
|
0,0017
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,339
|
6
|
1,010
|
1,020
|
-0,082
|
0.0067
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
7
|
1,030
|
1,277
|
0,038
|
0,0014
|
0,32
|
0,10
|
-0,208
|
0,0432
|
0,329
|
8
|
1,080
|
1,166
|
-0,012
|
0,0001
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,339
|
9
|
1,110
|
1,232
|
0,018
|
0,0003
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
10
|
1,150
|
1,322
|
0,058
|
0,0033
|
0,32
|
0,10
|
-0,208
|
0,0432
|
0,329
|
11
|
1,115
|
1,243
|
0,023
|
0,0005
|
0,28
|
0,08
|
-0,028
|
0,0008
|
0,312
|
12
|
1,150
|
1,322
|
0,058
|
0,0033
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,345
|
13
|
1,100
|
1,210
|
0,008
|
0.00006
|
0,28
|
0,08
|
-0,028
|
0,0008
|
0,312
|
14
|
1,160
|
2,560
|
0,068
|
0,0046
|
0,34
|
0,11
|
0,032
|
0,0010
|
0,379
|
15
|
0,915
|
0,837
|
-0,177
|
0,0313
|
0,30
|
0,09
|
-0,01
|
0.0001
|
0,345
|
∑
|
16,38
|
17,948
|
0,10
|
0,061
|
4,54
|
1,393
|
-0,005
|
0,020
|
4,956
|
rata-rata
|
1,092
|
1,291
|
0,006
|
0,0038
|
0,31
|
0,094
|
-0,642
|
0,149
|
0,342
|
x max
|
1,160
|
-
|
-
|
y max
|
0,34
|
-
|
-
|
-
|
-
|
x min
|
0,915
|
-
|
-
|
y min
|
0,26
|
-
|
-
|
-
|
-
|
a.
Panjang biji
Jarak Ricinus communis
- Panjang
rata-rata (X) = 1,092 cm
- Panjang
maksimum (X max) = 1,160 cm
- Panjang
minimum (X min) = 0,915 cm
b.
Berat biji Jarak Ricinus communis
- Berat
rata-rata (Y) = 0,303 gr
- Berat
maksimum (Y max) = 0,34 gr
- Berat
minimum (Y min) = 0,26 gr
c. Simpangan Baku untuk panjang biji Jarak Ricinus communis
Sx
=
=
=
SDx = 0,064
d. Simpangan Baku untuk berat biji Jarak Ricinus communis
Sy
=
=
=
SDy = 0,103
e. Banyaknya Kelas
n Kelas = 1 + 3,3
log n
= 1 + 3,3 log 15
= 4,88 ≈ 5
f. Interval panjang
g. Interval berat
h.
Distribusi
Frekuensi Panjang biji Jarak Ricinus
communis
Tabel 4. Distribusi
Frekuensi Panjang biji Jarak Ricinus
communis
Kelas
|
Interval
|
Frekuensi
|
A
|
0,915 - 0,964
|
1
|
B
|
0,965-1,014
|
1
|
C
|
1,015-1,064
|
2
|
D
|
1,065 –
1,114
|
4
|
E
|
1,115 – 1,164
|
7
|
Jumlah
|
15
|
i.
Distribusi Frekuensi Berat Biji
jarak Ricinus communis
Tabel 5. Distribusi
Frekuensi Berat Biji jarak Ricinus
communis
Kelas
|
Interval
|
frekuensi
|
A
|
0,26 – 0,276
|
1
|
B
|
0,277 – 0,293
|
2
|
C
|
0,294 – 0,31
|
6
|
D
|
0,32 – 0,336
|
2
|
E
|
0,337 – 0,353
|
4
|
Jumlah
|
j.
Grafik Batang (Histogram) Panjang dan Berat
Biji Jarak Ricinus communis
Gambar 1.
Histogram Panjang Biji Jarak Ricinus
communis
Gambar 2.
Histogram Berat Biji Jarak Ricinus
communis
k.
Analisis Korelasi
rxy =
=
=
=
= 0,038
l.
Uji t (t test)
t =
=
=
=
= 0,136
Jadi, Nilai t tabel 0,136 sehingga nilai t hitung untuk biji jarak Ricinus communis adalah 3,012
IV.2.2 Data Hasil Pengukuran Panjang dan Berat Biji Flamboyan Delonix regia
Tabel 6. Data Hasil Pengukuran Panjang dan Berat
Biji Flamboyan Delonix regia
No
|
Xi
|
Xi2
|
(Xi-X)
|
(Xi-X)2
|
Yi
|
Yi2
|
(Yi-Y)
|
(Yi-Y)2
|
Xi . Yi
|
1
|
0,265
|
0,07
|
0,005
|
0,000025
|
0,94
|
0,88
|
0,04
|
0,0016
|
0,2491
|
2
|
0,269
|
0,07
|
0,009
|
0,000081
|
0,92
|
0,85
|
0,02
|
0,0004
|
0,24748
|
3
|
0,2625
|
0,07
|
0,00025
|
0,00000625
|
0,88
|
0,77
|
-0,02
|
0,0004
|
0,231
|
4
|
0,266
|
0,07
|
0,006
|
0,000036
|
0,92
|
0,85
|
0,02
|
0,0004
|
0,245
|
5
|
0,266
|
0,07
|
0,006
|
0,000036
|
0,84
|
0,71
|
-0,19
|
0,0361
|
0,223
|
6
|
0,268
|
0,07
|
0,008
|
0,000048
|
1
|
1
|
0,1
|
0,01
|
0,268
|
7
|
0,275
|
0,076
|
0,015
|
0,000225
|
0,94
|
0,88
|
0,04
|
0,0016
|
0,26
|
8
|
0,255
|
0,884
|
-0,005
|
0,000025
|
0,94
|
0,88
|
0,04
|
0,0016
|
0,24
|
9
|
0,2575
|
0,066
|
-0,0025
|
0,00000625
|
0,76
|
0,58
|
-0,14
|
0,0196
|
0,196
|
10
|
0,267
|
0,07
|
0,007
|
0,000049
|
0,86
|
0,74
|
-0,04
|
0,0016
|
0,23
|
11
|
0,267
|
0,07
|
0,007
|
0,000049
|
0.92
|
0,85
|
0,02
|
0,0004
|
0,246
|
12
|
0,2495
|
0,06
|
-0,0105
|
0,00011025
|
0,9
|
0,81
|
0
|
0
|
0,225
|
13
|
0,262
|
0,07
|
0,002
|
0,00004
|
0,9
|
0,81
|
0
|
0
|
0,24
|
14
|
0,246
|
0,06
|
-0,014
|
0,000196
|
0,84
|
0,71
|
-0.06
|
0,0036
|
0,21
|
15
|
0,2525
|
0,06
|
-0,0075
|
0,00005625
|
0,9
|
0,81
|
0
|
0
|
0,23
|
a. Panjang
Biji Flamboyan Delonix regia
-
Panjang biji rata-rata (X)
(X)
=
3,928/15
= 0,26 cm
-
Panjang biji maksimum (X max)
X
Max. = 0,275 cm
-
Panjang biji minimum (X min)
X
Min. = 0,246 cm
b. Berat
Biji Flamboyan Delonix regia
-
Berat biji rata-rata (Y)
Y = 13,46/15
= 0,9 gr
-
Berat biji maksimum (Y max)
Y
Maks. = 1 gr
-
Berat biji minimum (Y min)
Y Min. = 0,76 gr
c. Simpangan
Baku Untuk Panjang Biji Flamboyan Delonix regia
Sx
=
=
= 0,0084
d. Simpangan
Baku Untuk Berat Biji Flamboyan Delonix regia
Sy
=
=
= 0,074s
e. Banyaknya
kelas
n kelas =1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 15
=
1 + 3,3 (1,176)
=
1+3,8808
=
4,9 = 5
f. Interval
Panjang
Interval Panjang
=
=
0,0058
g. Interval
Berat
Interval Berat =
=
=
0,048
h. Distribusi Frekuensi Panjang Biji Flamboyan Delonix regia
Tabel
7. Distribusi Frekuensi Panjang Biji
Flamboyan Delonix regia
Kelas
|
KelasDistribusi
|
Frekuensi
|
A
|
0,246 – 0,2518
|
2
|
B
|
0,2519 – 0,2577
|
3
|
C
|
0,2578 – 0,2636
|
2
|
D
|
0,2637 – 0,2695
|
7
|
E
|
0,2696 - 02754
|
1
|
i.
Distribusi Frekuensi Berat Biji Flamboyan Delonix regia
Tabel 8. Distribusi
Frekuensi Berat Biji Flamboyan Delonix
regia
Kelas
|
KelasDistribusi
|
Frekuensi
|
A
|
0,76 – 0,808
|
1
|
B
|
0,809 – 0,857
|
2
|
C
|
0,858 – 0,906
|
2
|
D
|
0,907 – 0,955
|
9
|
E
|
0,956 – 1,004
|
1
|
j.
Grafik Batang (Histogram) Panjang dan
Berat Biji Flamboyan Delonix regia
Gambar 3. Histogram Panjang Biji Flamboyan Delonix regia
Gambar 4.
Histogram Berat Biji Flamboyan Delonix
regia
k. Analisis
Korelasi
=
0,0227
k.
Uji t (t test)
t
=
=
=
= 0.096
Jadi, Nilai t tabel adalah 0,096 sehingga nilai t hitung untuk biji
Flamboyan Delonix regia adalah 3, 012
IV.3 Pembahasan
Pada percobaan kolerasi
antara Panjang dan Berat bertujuan untuk melihat hubungan korelasi antara
panjang dan berat dari sampel yang diukur. Telah kita ketahui, bahwa
pertumbuhan adalah peningkatan ukuran suatu organisme sebagai akibat dari
pertambahan sel, pembelahan sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks
intraselulrnya. Akibat dari pertumbuhan ini adalah terjadinya pertambahan
panjang, lebar, diameter, dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan
berat organisme.
Pada kelompok
1 bertugas mengukur panjang dan berat dari biji jarak Ricinus communis. Dari 15 biji yang diukur, masing-masing biji
memiliki ukuran yang bervariasi baik dari segi panjang maupun massanya. Setelah
diukur semua, diperoleh hasilnya yakni panjang rata-rata (X) = 1,092
cm, berat rata-rata (Y) = 0,303 gram, simpangan baku
untuk panjang biji jarak yaitu SDx= 0,064, dan simpangan baku untuk berat biji
jarak ialah SDy= 0,103
Pada
tabel hasil kelas dari biji jarak, menunjukkan bahwa terjadi berbagai variasi pada
grafik frekuensi panjang biji dan terjadi fluktuasi pada grafik frekuensi berat
biji. Dari grafik inilah kita bisa melihat bahwa, tidak selamanya panjang dan
berat biji selalu berkorelasi. Ada juga biji yang berukuran pendek tapi
memiliki massa yang lebih besar, begitupun sebaliknya.
Hasil analisis korelasi biji jarak adalah 0,038 dan hasil analisis nilai t
hitung yang diperoleh adalah 0,136 yang
berarti bahwa nilai t hitung lebih kecil nilai t tabel yang mempunyai nilai 3,012. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan Hi ditolak sehingga
pada biji jarak tidak terdapat korelasi antara
pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji. Sehingga, korelasi tersebut
bersifat negatif dan nonsignifikan yang berarti pertambahan panjang biji tidak ikuti
oleh pertambahan berat.
Pada kelompok II, bertugas untuk
mengukur dan mengolah data mengenai hasil pengukuran dari panjang dan berat
biji Flamboyan Delonix regia. Sama seperti data di kelompok satu, masing-masing
ukuran biji flamboyan memiliki panjang
dan massa biji yang berbeda-beda yang diukur menggunakan neraca saku dan jangka
sorong. Data-data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel untuk diolah.
Pada
biji flamboyan Delonix regia, memiliki ukuran yang lebih panjang
dibandingkan biji jarak. Panjang rata-rata yang dimiliki panjang biji flamboyan
mencapai 0,26 cm dengan berat 0,9 gram. Data- data yang diperoleh pun diolah
dalam rumus untuk menentukan simpangan baku, untuk panjang biji flamboyan
mencapai 0,0084 dan berat biji flamboyan 0,074
Hasil analisis korelasi biji flamboyan Delonix regia adalah
0,0227 dan nilai uji t hitung yang diperoleh pada biji flamboyan adalah 0.096 yang berarti nilai t hitung lebih kecil dari nilai t
pada tabel yaitu 3,012. Hal ini
menunjukkan bahwa Hi ditolak dan Ho diterima sehingga pada biji flamboyan Delonix regia tidak terdapat korelasi
antara pertambahan panjang dengan pertambahan berat biji, Sehingga korelasi
bersifat negative dan tidak signifikan yang berarti pertambahan panjang biji tidak diikuti oleh pertambahan berat atau dengan kata lain, berat biji tidak dipengaruhi oleh ukuran panjangnya. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya
misalnya saja kesalahan pada manusia yang melakukan perhitungan (Human Error),
kesalahan pada kalibrasi alat, ataupun faktor internal dari biji tersebut
(misalnya faktor gen, hormon, dan nutrisi).
Variasi antara panjang dan berat
pada biji jarak Ricinus communis dan biji
flamboyan Delonix regia disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu kepadatan sel, struktur dari biji tersebut,
kerapuhan, dan adanya masa dormansi atau masa istirahat pada tumbuhan. Apabila
suatu biji, sel-selnya padat tentu diameter dari sel tersebut besar dan akan
menambah berat dari biji tersebut. Begitupun dengan struktur dari biji, apabila
strukturnya baik akan mempengaruhi pertumbuhan biji tersebut. Suatu sel apabila
selnya terlalu rapuh tentu akan mempengaruhi pertambahan ukuran dari sel tersebut.
Dan dengan adanya masa dormansi atau masa istirahat pun akan berpengaruh
terhadap panjang dan berat suatu sel.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
percobaan ini adalah:
1. Tidak terdapat
korelasi antara panjang dan berat dari sampel yang diukur. Jika dikaitkan dengan teori, pertumbuhan adalah proses
pertambahan volume, ukuran yang mengakibatkan terjadinya pertambahan berat,
teori tersebut tidak mutlak benar karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu, materi yang
terkandung di dalamnya, kepadatan sel, struktur sel, kerapuhan, dan adanya masa
dormasi pada sel.
2. Dalam
mengukur korelasi antara panjang dan berat digunakan alat yang berhubungan
dengan parameter fisik dalam lingkungan yaiu jangka sorong yang digunakan untuk
mengukur panjang biji dan neraca saku digunakan untuk mengukur berat biji.
V.2 Saran
Saran saya agar peralatan yang
digunakan jumlahnya sesuai dengan jumlah kelompok agar kita tidak mengantri
untuk menggunakannya dan menyediakan alat yang layak pakai bukan alat yang
rusak.
DAFTARPUSTAKA
Asnani,
2009. Pertumbuhan dan Perkembangan. http://asnani-biology.
blogspot.com/2009/05/pertumbuhan-dan-perkembangan.html.Diakses pada tanggal 20 Maret 2013, pukul21:15 WITA.
Ayu,
R. D., 2011. Hubungan Korelasi antar
Panjang dan Berat. http//www.blogspot.com/.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2013, pukul 18.20
WITA.
Campbell, N. A.,J. B.
Reece, and L. A. Urry., 2008. BIOLOGI
Edisi kedelapan jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Hamid,
Huzaifah, 2010. Pertumbuhan dan
Perkembangan. http://zaifbio. Wordpress.com/2010/02/12/pertumbuhan-dan-perkembangan/.Diakses
pada tanggal 21 Maret 2013,
pukul 20:25 WITA.
Handayani,
Komariyah, 2010. BIOLOGI. Sekawan,
Klaten.
Manik,
Nurdin, 2009. HUBUNGAN PANJANG – BERAT
DAN FAKTOR KONDISIIKAN LAYANG
( Decapterus russelli ) DARI PERAIRAN SEKITAR
TELUK LIKUPANG SULAWESI UTARA. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.
Mentari, 2009. Perkembangan. http///www.wikipedia.com.
Diakses pada tanggal 21Maret 2012, pukul
20.00 WITA.
Pratiwi, R.A., 2007. Biologi
Pertumbuhan dan Perkembangan. Erlangga, Jakarta.
Soedarjatmo, 2001. BIOLOGI. PT Intan Pariwara, Klaten.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi
Umum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar