LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
II
KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA
TEMPAT BERBEDA
NAMA : NUR SAKINAH
NIM :
H41112293
KELOMPOK : 1 (SATU) B
HARI/TANGGAL : SELASA/ 02 APRIL 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURUL QALBY
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam kehidupan
di bumi ini kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia,
hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana makhluk tersebut
dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungan (Lakitan, 1994).
Dalam atmosfer senantiasa terdapat uap air. Kadar
uap air dalam udara disebut kelembaban. Kadar ini selalu berubah-ubah
tergantung pada temperatur udara setempat. Kelembaban udara adalah persentase
kandungan uap air dalam udara. Kelembaban udara ditentukan oleh jumlah
uap air yang terkandung di dalam udara. Total massa uap air per satuan
volume udara disebut sebagai kelembaban absolut. Perbandingan antara massa uap
air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut
sebagai kelembaban spesifik. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh
gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air, jika massa uap air tidak
diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering (Lakitan, 1994).
Kelembaban udara
biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan
tumbuhan budidaya. Dengan mengetahui kelembaban udara yang ada di lingkungan
tempat yang akan di tanam tumbuhan, kita dapat menentukkan pemilihan jenis
tanaman yang sesuai, misalnya tanaman bakau yang ditanam pada daerah yang
berkelembaban tinggi, bakau tersebut akan berkembang dan berproduktifitas
dengan maksimal, sebaliknya jika bakau tersebut di tanam pada daerah yang
mempunyai kelembaban yang rendah maka bakau tersebut tidak akan
berproduktifitas dan berkembang secara maksimal (Michael, 1994).
Kelembaban
merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap
aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara
(Umar, 2013). Oleh karena itu untuk
mengetahui bagaimana perbedaan kelembaban relative udara pada tempat/lokasi,
maka dilakukanlah
percobaan mengenai Kelembaban relatif udara pada tembat berbeda.
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari percobaan ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui perbedaan kelembaban
relatif udara pada tempat/ lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
2.
Untuk melatih keterampilan mahasiswa
dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban
udara relatif.
1.3
Waktu
dan Tempat Praktikum
Percobaan mengenai Kelembaban Relatif Udara
Pada Tempat Yang Berbeda dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 02 Maret 201,
Pukul 15.00 – 17.30 WITA, yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Dan pengambilan data dilakukan, di dalam ruangan di Canopy dan
Pelataran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Makassar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kelembaban adalah faktor ekologis yang penting
mempengaruhi aktifitas organisme dan membatasi penyebarannya dengan keragaman
harian, serta keragaman tegak dan mendatar. Kandungan uap air itu sendiri atau
bersama-sama dengan suhu merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi
ekologi mahluk-mahluk hidup daratan. Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan
uap air harus dianggap sebagai kelembaban dalam astmosfir, air tanah untuk
tanaman dan air minum untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti
moluska, amfibia, isopoda, nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya di
temukan hanya pada habitat-habitat atmosfernya jenuh dengan uap air (Michael,
1994).
Kelembaban udara
menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai
kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap
air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara
kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas
udara untuk menampung uap air (Umar, 2013).
Kelembaban nisbi pada
suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk
menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan
uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta
energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti
daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada
kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah
pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena
suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil
(Umar, 2013).
Jumlah uap
air yang ada dalam udara diacu sebagai kelembaban. Bobot sebenarnya uap air
yang ada dalam satuan bobot udara dinyatakan sebagai kelembaban mutlak. Karena
suhu dan tekanan mempengaruhi kelembaban, maka biasanya diukur sebagai kelembaban
relatif. Kelembaban relatif adalah persentase uap air sebenarnya ada
dibandingkan dengan kadar kejenuhan dalam suhu dan tekanan yang sedang ada
(Michael, 1994).
Temperatur
dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan dan demikian eratnya
berhubungan sehingga diakui sebagai bagian yang paling penting dari iklim.
Interaksi antara temperatur dengan kelembaban, seperti pada kasus interaksi
kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap
faktor. Sehingga temperatur memberikan efek membatasinya lebih hebat lagi
terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apakah
keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada keadaan itu adalah
sedang-sedang saja. Demikian juga, kelembaban memainkan peranan yang lebih
gawat dalam keadaan temperature ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek
laindari asas mengenai factor interaksi (Odum, 1994).
Pada ekosistem, faktor-faktor tidak bekerja
sendiri-sendiri akan tetapi bekerja bersama-sama. Temperatur dan kelembaban
sangat berpengaruh pada lingkungan darat. Efek pembatas dari temperature
bertambah hebat apabila kelembaban dalam keadaan ekstrim, yaitu tinggi maupun
rendah interaksi antara temperature dan kelembaban seperti interaksi pada
faktor lain yaitu tergantung kepada nilai nisbi dan nilai mutlak dari setiap faktor. Di alam organisme tidak hanya beradaptasi terhadap
lingkungan fisik dalam arti tolenrasi saja, akan tetapi juga memamfaatkan
periodesitas alami untuk mengatur kegiatan dan memprogram kehidupannya.
Misalnya di daratan iklim sedang, kegiatan organisme disesuaikan dengan panjang
hari (Soegiarto, 1990).
Kelembaban udara dalam ruangan tertutup dapat diatur
sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkankan
atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan
bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu ruangan tertutup dimasukkan larutan,
maka air dalam larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara
potensi air pada udara dengan potensi larutan. Demikian pula halnya jika hidrat
Kristal garam-garam tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup, maka air dari
hidrat Kristal garam akan menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air
(Lakitan, 1994).
Tinggi
rendahnya kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa
faktor (Umar, 2013) yaitu:
a. Suhu
b. Tekanan udara
c. Pergerakan
angin
d. Kuantitas
dan kualitas penyinaran
e. Vegetasi
f. Ketersediaan
air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
Irama harian kelembaban sangat
bervariasi, terkadang tinggi pada malam hari dan rendah pada siang hari dan
sebaliknya. Irama harian kelembaban ini juga dapat disebabkan karena perbedaan
letak tempat baik secara horizontal maupun vertikal. Pengaruh kelembaban udara
sejalan dengan temperatur dan intensitas
udara serta sinar matahari yang mempunyai peranan pemting dalam mengatur
aktifitas organisme dan dalam membatasi penyebarannya (Umar, 2013).
Kelembaban
adalah jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Istilah kelembaban biasanya
digunakan dalam kehidupan sehari-hari berupa kelembaban relatif (Buck, 1970).
Data klimatologi untuk
kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (relative
humidity, disingkat RH). Kelembaban relatif adalah perbandingan antara tekanan
uap air aktual (yang terukur) dengan tekanan uap air pada kondisi jenuh
(Lakitan, 1994).
Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut
dapat mencapai 3% pada 30o C (86o F), dan tidak melebihi
0,5% pada 0o C (32o F). Kelembaban absolut mendefenisikan
massa uap air pada volume tertentu campuran udara atau gas, dan umumya
dilaporka dalam gram per meter kubik. Kelembaban relatif (RH) dan suhu udara
merupakan salah satu parameter yang penting dalam pengukuran meteorologi.
Pengukuran kelembaban relatif (RH) secara kontinyu dan kemudahan dalam
perawatan diperlukan dalam bidang perikanan dan kelautan, antara lain: perekam
data RH lingkungan pantai dan lepas pantai secara in situ, manajemen cold
storage untuk hasil perikanan tangkap, pengukuran dalam Hazard Analysis
Critical Control Point(HACCP), analisis penyimpanan dalam kontainer, dan dengan
kandungan air di dalam udara. Udara dikatakan mempunyai kelembaban yang tinggi
apabila uap air yang diakandungnya tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara
matematis, kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap air di dalam suatu
volume udara dibandingkan dengan berat udara kering (udara tanpa uap air) di
dalam volume yang sama (Odum, 1994).
Faktor suhu / temperatur dan kelembaban seperti pada
kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai
mutlak setiap faktor. Jadi, suhu atau temperatur memberikan efek membatasinya
lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim
yakni, apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada apabila
keadaan demikian itu adalah sedang saja (Odum, 1994).
Beberapa prinsip yang umum digunakan
dalam pengukuran kelembaban udara yaitu metode
pertambahan panjang dan berat pada benda-benda
higroskopis, serta metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara
umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut
psikrometer (Kartasapoetra, 1990).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III. 1 Alat
Alat yang digunakan adalah Termometer, sling psychrometer, botol air/ hand sprayer, dan karet gelang.
III. 2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah kapas, dan air.
III. 3 Cara
Kerja
Adapun cara
kerja pada percobaan ini yaitu:
1.
Alat dan bahan
yang digunakan dalam percobaan di siapkan
2.
Diambil satu alat Sling Psychrometer, kemudian termometer
kering dan basah ditarik keluar dari kotak skala pada alat tersebut.
3.
Sumbu pada kotak/tempat pembahasan dengan ujung
termometer basah di sambung.
4.
Dibasahi sumbu tersebut dengan air secukupnya,
kemudian ditutup kotaknya.
5.
Diayunkan thermometer basah dan kering dengan cara
diputar-putar di udara seperti baling-baling.
6.
Dilakukan pengamatan/pembacaan setiap 5 menit
pengayunan pada thermometer basah dan kering, jumlah pengamatan sebanyak 3 kali
dengan interval waktu setiap pengamatan 2 menit.
7.
Dibuat tabel
hasil pengamatan pada setiap lokasi pengamatan yang berbeda.
8.
Untuk pembacaan
kelembaban udara relatif dapat di lakukan berdasarkan hasil pembacaan skala
thermometer basah dan kering yang didempetkan pada skala yang terdapat pada
Sling Psychrometer.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel
1. hasil pengamatan menggunakan Sling Physometer
Tempat
|
Sling
Physometer
|
||
Basah (0C)
|
Kering (0C)
|
RH %
|
|
Dalam ruangan (LBD)
|
28
|
30,3
|
71
|
29
|
31
|
87
|
|
28,5
|
32
|
73
|
|
Rata-rata
|
28,5
|
31,3
|
77
|
Di bawah pohon (Canopy)
|
33
|
33
|
100
|
32
|
32
|
100
|
|
Rata-rata
|
32,5
|
32,5
|
100
|
Pelataran MIPA
|
14
|
30
|
29
|
27
|
28
|
94
|
|
26
|
26
|
100
|
|
Rata-rata
|
25
|
27
|
91
|
IV. 2 Pembahasan
Pada percobaan kelembaban udara dilakukan pada tiga tempat berbeda yaitu
dalam ruangan (Laboratorium Biologi Dasar), di lapangan terbuka (pelataran
MIPA), dan di bawah pohon (Canopy). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sling psychrometer. Dan setiap alat
dibagi atas yang basah dan kering. Pengukuran menggunakan alat ini untuk
membandingkan apakah hasil pengukuran kelembaban relatif udara pada tempat yang
berbeda sama atau berbeda. Sling psychrometer di gunakan dengan dengan cara diputar-putar selama 3 menit lalu didiamkan selama 2 menit kemudian diputar-putar lagi selama 3 menit sampai tiga kali percobaan. Setelah 3 kali, data ditulis dan dihitung rata-ratanya.
Dari percobaan yang telah
dilakukan diperoleh hasil yang berbeda-beda pada setiap tempat, yaitu sebagai
berikut :
1.
Dalam Ruang
Laboratorium
Kelembaban relatif udara yang
diperoleh pada percobaan di dalam laboratorium sangat tinggi yaitu 77% pada sling psychrometer. Hal ini dimungkinkan karena dalam ruangan tersebut
tertutup sehingga terjadi sedikit penguapan, tidak ada pergerakan angin dan
dalam ruangan juga terdapat kipas angin, kondisi dalam ruangan relatif tetap
sehingga dalam udara terkandung banyak uap air.
2.
Di Bawah
Pohon (Canopy)
Kelembaban relatif udara yang
diperoleh pada percobaan di bawah pohon pada pembacaan sling
psychrometer 92,3%. Kelembaban pada daerah ini cukup tinggi dikarenakan
banyaknya vegetasi pada areal tersebut, kondisi tanah yang becek dan mengandung
banyak air, serta penyinaran matahari yang terhalangi oleh pohon.
3.
Di Lapangan
Terbuka (pelataran MIPA)
Kelembaban relatif udara yang
diperoleh pada percobaan di lapangan terbuka pada sling psychrometer 21%. Nilai yang diperoleh pada pembacaan
termometer sangat rendah. Hal ini disebabkan
oleh faktor penyinaran matahari dan
cuaca saat pengukuran. Karena semakin
tinggi suhu, semakin rendah tingkat kelembaban.
Berdasarkan hasil analisis data, dapat di ketahui bahwa tempat dengan
kelembaban tertinggi yaitu di bawah poho (canopy) yaitu 92,3 %. Hal ini
dipengaruhi oleh vegetasi yang berada di tempat tersebut seperti yang kita
ketahui bahwa jumlah vegetasi di suatu tempat juga mempengaruhi tingkat
kelembaban di tempat tersebut. Seperti yang diketahui bahwa di canopy
didominasi oleh pohon-pohon dengan daun yang lebar dan lebat sehingga
menghalangi proses masuknya sinar matahari sehingga tingkat penyinaran yang
diterima oleh tempat tersebut juga kurang sehingga kelembaban di tempat
tersebut cukup tinggi.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat
perbedaan kelembaban relatif pada tiga tempat pengukuran kelembaban.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kelembaban relatif pada lokasi berbeda
ialah kualitas penyinaran matahari, vegetasi, pergerakan angin, suhu, dan
ketersediaan air.
2.
Alat yang
digunakan dalam percobaan adalah sling
psychrometer dengan cara diputar-putar diudara.
V.2 Saran
Setelah melakukan percobaan ini, maka saya
sarankan sebaiknya pihak laboratorium mengganti alat-alat laboratorium yang
telah rusak dan menambah alat-alat yang akan digunakan agar pelaksanaan
praktikum lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Kartaspoetra,
Gunarsih Ance, 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara,
Jakarta.
Lakitan, B., 1994. Dasar Klimatologi. PT Ragagrafindo
Persada, Jakarta.
Michael, 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan
Laboratorium. Universitas Indonesia, Jakarta.
Odum, Eugene, 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Soegiarto, 1990. Pengantar Ekologi. PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar