LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
III
HUBUNGAN
PRODUSEN DAN KONSUEN DALAM SIKLUS KARBON
DI PERAIRAN
NAMA : NUR SAKINAH
NIM :H41112293
KELOMPOK : 1 (SATU)
HARI/TANGGAL : KAMIS/ 09 MEI 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURUL
QALBY
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber energi bagi
segala kehidupan adalah energi matahari. Hanya organisme autotrof yang dapat
menangkap dan memanfaatkan energi matahari tersebut melalui proses
fotosintesis. Organisme autotrof mengubah energi matahari menjadi gula dan
oksigen. Itulah sebabnya maka organisme autotrof disebut dengan produsen yang
menyediakan energi dalam bentuk makanan bagi konsumen I, selanjutnya energi
tersebut dimanfaatkan konsumen II, konsumen III, konsumen IV, dan berakhir pada
pengurai (Campbell, 2002).
Siklus karbon adalah
siklus biogeokimia dimana
karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer,
dan atmosfer Bumi.
Dalam siklus ini terdapat tempat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh
jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer
teresterial, lautan, dan sedimen.
Pergerakan tahuan karbon. Pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena
proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan
mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun
demikian laut
dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran
yang lambat dengan atmosfer (Sasmita, 1994).
Dalam ekosistem air
tawar terdapat berbagai sumber daya perairan yaitu organisme penghuni baik
tumbuhan maupun hewan, benda mati dan sumber daya air. Tersedianya oksigen yang
cukup di perairan akan memudahkan oksidasi kimiawi dan pernapasan organisme
yang hidup didalamnya (Soendjojo, 1990). Untuk itu dilakukan percobaan ini
untuk mengetahui hubungan produsen dan konsumen dalam siklus karbon diperairan.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen
dalam pemanfaatan karbon dalam ekosistem perairan.
2.
Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam
menggunakan peralatan yang berhubungan dengan siklus karbon.
I.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Percobaan mengenai hubungan produsen
dan konsumen dalam siklus karrbon di perairan
dilaksanakan pada hari Kamis 09 Mei 2013, pukul 13.00-16.00 WITA
bertempat di sekitar CANOPY, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan
selama 4 hari.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Karbon merupakan unsur kimia yang
mempunyai simbol C dan nomor atom 6
pada tabel periodik.
Sebagai unsur golongan 14 pada tabel periodik,
karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang berarti
bahwa terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen.
Terdapat tiga macam isotop karbon
yang ditemukan secara alami, yakni 12C dan 13C yang
stabil, dan 14C yang
bersifat radioaktif dengan waktu paruh peluruhannya
sekitar 5730 tahun. Karbon merupakan
salah satu dari beberapa unsur yang
diketahui keberadaannya sejak zaman kuno. Istilah
"karbon" berasal dari bahasa Latin carbo,
yang berarti batu bara
(Kimball, 1999).
Siklus
karbon adalah suatu siklus yang tidak mempunyai ujung dan pangkal, sebagaimana
suatu lingkaran atau roda. Tetapi untuk mudahnya kita akan mulai mempelajari
sklus karbondioksida (CO2) yang ada di udara atau larutan dalam air. Model siklus
karbon dapat digabungkan dengan model iklim global, sehingga reaksi interaktif
dari larutan dan biosfer terhadap nilai CO2 diman dapat dimodelkan. Ada
ketidakpastian yang besar dalam model ini. Baik dalam sub model fisika maupun
biokimia. Model- model seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik
positif antara Temperatur dan CO2 (Sasmita, 1994).
Karbon
di alam umumnya dalam bentuk gas dan batuan karbonat. Di samping itu juga dalam
bentuk bahan organik, yang dapat dimamfaatkan oleh tumbuhan, melalui proses
fotosintesis yang akan diubah menjadi senyawa organik yang dapat dipergunakan
oleh organisme lainnya. Unsur karbon mempunyai kemampuan saling mengikat antar
sesamanya sehingga merupakan dasar untuk terbentuknya keragaman dan ukuran
molekuler dan tanpa ini kehidupan tidak ada. Produsen darat mendapatkan CO2
dari atmosfer, sedangkan produsen dalam air mamamfaatkan CO2 yang
terlarut (sebagai bikarbonat dan HCO3). Kelarutan karbondioksida
dalam air berbeda dengan oksigen, karena gas ini bereaksi secara kimiawi dalam
air. Salah satu contohnya adalah apabila di dalam air laut karbondioksida
bereaksi dengan air menghasilkan asam karbonat, yang kemudian terdisiosiasi
lagi menjadi ion hidrogen dan karbonat. Konsentrasi CO2 yang tinggi
pula akan mempengaruhi tumbuhan dalam mengabsorbsi air dan unsua hara (Umar,
2013).
Sebagai akibat reaksi di atas adalah
terjadinya produksi atau absorbsi hidrogen bebas, sehingga jumlah hidrogen
dalam suatu larutan merupakan tolak ukur keasaman. Lebih banyak ion H+
berarti lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit H+ berarti lebih
basa, dengan kata lain larutan basa lebih banyak mengandung ion OH. Sebagai
akibat reaksi ialah terjadinya produksi atau absorbsi hidrogen bebas, sehingga
jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan tolok ukur keasaman
(Prawirohartono, 2001).
Hubungan
antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus karbon dan mutlak
diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga kestabilannya. Di lingkungan
terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa yang mempengaruhi hubungan
tersebut karena terdapat banyak faktor yang mempengaruinya. Dalam siklus
karbon, atom karbon terus mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk
molekul CO2 dan karbohidrat, sedangkan energi foton matahari
digunakan sebagai pemasok energi yang utama. produsen memerlukan CO2
yang dihasilkan konsumen untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan
fotosintesis tersebut, produsen dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang
diperlukan oleh konsumen untuk melangsungkan kehidupannya (Anshory, 1984).
Siklus
karbon pada ekosistem menyangkut proses penyerapan emisi karbon ke atmosfer.
Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor atau kondisi (Sasmita, 1994) yaitu:
a. Kondisi
vegetasi yang meliputi jenis atau tipe vegetasi atau hutan.
b. Kondisi
tempat tumbuh dan lingkungan yang meliputi faktor edafis, klimatis dan faktor
lainnya.
c. Kondisi
pengelolaan yang melalui pengaturan ruang (tata ruang, penentuan peruntukan
atau penggunaan lahan dan hutan.
d. Kondisi
gangguan seperti perubahan lingkungan , kemarau, ledakan, gangguan hama dan
penyakit, gangguan perbuatan manusia seperti pembakaran, ekspliotasi yang tidak
terkelola dengan baik.
Karbon dapat dijumpai
didalam atmosfer sebagai CO2 dalam jaringan semua mahluk hidup
dan terbesar dijumpai dalam batuan endapan serta bahan baker fosil yang
terdapat dalam perut bumi. Tumbuhan hijau dan hewan serta organisme yang lain
berperan aktif dalam kelangsungan siklus karbon. CO2 merupakan
salah satu komponen pokok untuk berlangsungnya fotosintesis. Dengan bantuan
energi cahaya maka CO2 merupakan salah satu komponen pokok
untuk berlangsungnya fotosintesis. Dengan bantuan energi cahaya maka CO2 dan
H2O oleh tumbuhan hijau akan diubah menjadi senyawa organik berupa
glukosa (C6H12O6) dan Oksigen ( O2)
melalui reaksi yang disederhanakan sebagai berikut :
6 C O2 + 6 H2 O2 C6 H12 O6 =
6 O2
Oksigen
dihasilkan dalam fotosintesis tersebut akan dimanfaatkan oleh hewan dan
organisme lain untuk respirasi. Dari proses respirasi tersebut akan dihasilkan
CO2H2O dan energi melelui persamaan reaksi yang
disederhanakan sebagai berikut (Sasmita, 1994):
C6H12O6 +
6O2 à 6CO2 + 6H2O + Energi
CO2 yang
dihasilkan dalam respirasi tersebut akan dilepas kembali ke lingkungan,
kemudian akan digunakan untuk fotosintesis tumbuhan hijau begitu seterusnya.
Dari kedua kegiatan tersebut tampak bahwa fotosintesis dan respirasi saling
bekerja sama untuk kelangsungan siklus karbon dan oksigen. Sejumlah karbon
untuk sementara berada dalam jaringan tumbuhan atau hewan, tetapi karbon tersebut
akan kembali ke siklus setelah tumbuhan atau hewan tersebut mati kemudian
diuraikan oleh makhluk pengurai. Jika sisa-sisa bahan organik dari pembusukan
hewan dan tumbuhan tertimbuan dalam lapis tanah lebih dari 600 juta tahun maka
karbon dikandung akan keluar dari siklus karbon yang utama. Tetapi oleh panas
akan tekanan dalam lapis kerak bumi zat tersebut akan diubah menjadi bahn baker
fosil misalnya batubara, minyak bumi dan gas bumi. Jika bahan baker fosil
tersebut digunakan sebagai bahan bakar dalam berbagai industri maka karbon yang
dikandung akan dilepas kembali ke lingkungan dalam bentuk CO2 sebagai
hasil proses pembakaran. Selanjutnya CO2 tersebut akan
digunakan kembali oleh tumbuhan hijau untuk fotosintesis begitu seterusnya
(Sasmita,1994).
Respirasi berperan penting dalam penimbunan karbon selama
pertumbuhan tumbuhan. Peranan ini sukar ditetapkan karena tidak mudah untuk
mengetahui seberapa besar respirasi berlangsung ketika tumbuhan berada di bawah
cahaya. Biasanya, respirasi dianggap tetap sama selama ada cahaya, tapi dapat
diketahui bahwa terdapat bukti kuat yang menyatakan tidak demikian. Jelas bahwa
sebagian dari energi yang ditangkap dalam fotosintesis digunakan untuk
pertumbuhan serta perkembangan yang akan menjaga dan untuk memelihara sel
hidup. Bagian itu mungkin sekitar 30% sampai 40% dari energi yang ditangkap
dalam proses fotosintesis yakni berupa unsu senyawa karbon yang didapatkan oleh
tumbuhan dari atmosfer dengan bantuan cahaya sehingga dapat menghasilkan makanannya
sendiri. Perbedaan setiap tumbuhan dalam persentase itu penting secara ekologi.
Sebagai contoh, beberapa tumbuhan menggunakan jauh lebih banyak energi dari
pada tumbuhan lain dalam mensintesis bahan sekunder pelindung seperti tannin/alkaloid,
atau bahan struktural seperti lignin (Salisbury & Ross, 1995).
Faktor – faktor yang mempengaruhi siklus karbon
diperairan (Anshory, 1984) yaitu:
1. Kadar pH
dilaut.
2. Penguapan
air laut
3. Pelapukan
batuan
4. Gunung
merapi bawah laut
5. Difusi CO2 di
udara
6. Pelarutan
batuan karbon
Salah satu cara untuk melihat hubungan
produsen dan konsumen dalam pemakaian dan produksi karbon dalam air dapat
dilakukan dengan Uji Bromtimol Biru. Bromtimol Biru merupakan suatu larutan
indikator yang berwarna biru dalam larutan basa dan kuning dalam larutan asam.
Gas karbon dioksida akan membentuk asam jika dilarutkan dalam air. Perubahan
warna pada perlakuan disebabkan oleh perubahan kandungan karbon dioksida yang
ada dalam air. Kadar karbon dioksida akan berkurang apabila terjadi proses
fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar karbon dioksida akan meningkat
kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2013).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.
1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu botol sampel,
gunting dan pipet tetes.
III.
2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan
Methylen Red, siput Lymnea sp, Hidrilla
Hydrilla verticillata, plastik, air,
dan karet gelang.
III.
3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
1. Disiapakan
2 seri percobaan A dan B yang masing-masing terdiri atas 4 botol sampel.
Diberikan label pada setiap perlakuan dengan kode A1, A2, A3 dan A4 serta B1,
B2, B3 dan B4.
2. Setiap
botol sampel diisi dengan air secukupnya.
3. Siput
dimasukkan ke dalam botol perlakuan A1 dan B1, siput dan Hydrilla verticillata dalam botol
A2 dan B2, Hydrilla verticillata kedalam botol A3 dan B3 serta A4 dan
B4 hanya diisi air sebagai kontrol (tanpa perlakuan).
4. Setiap
botol di tetesi Methylen Red sebanyak 0,5 ml.
5. Semua
botol sampel ditutup rapat-rapat menggunakan plastik elastis dan mengikatnya
menggunakan karet serta memastikan jangan sampai terbentuk gelembung udara.
6. Kelompok
A1-A4 pada ditempatkan di tempat terang dan kelompok B1-B4 di tempat gelap.
7. Percobaan
tersebut diamati dengan interval waktu setiap 24 jam selama 4 hari. Setiap kali
mengamati dicatat perubahan warna air dan keadaan organismenya.
8. Data
hasil pengamatan dibuat dan disimpulkan data yang diperoleh.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Percobaan I Sampel A
(Tempat Terang)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
|
I
|
II
|
||
A1
|
Siput air Lymnaea sp
|
+
|
++
|
A2
|
Siput air Lymnaea sp + Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
A3
|
Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
A4
|
Kontrol
|
+
|
+
|
IV.1.2 Tabel Hasil Pengamatan Percobaan I Sampel B
(Tempat Gelap)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
|
I
|
II
|
||
B1
|
Siput air Lymnaea sp
|
+
|
++
|
B2
|
Siput air Lymnaea sp+ Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
B3
|
Hydrilla verticillata
|
+
|
++
|
B4
|
Kontrol
|
+
|
+
|
IV.1.3 Tabel Hasil Pengamatan Percobaan II Sampel A ( Tempat
Gelap)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
|
I
|
II
|
||
A1
|
Siput air Lymnaea sp
|
+++
|
+++
|
A2
|
Siput air Lymnaea sp+ Hydrilla verticillata
|
++
|
+++
|
A3
|
Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
A4
|
Kontrol
|
+
|
+
|
IV.1.4 Tabel Hasil Pengamatan Percobaan II Sampel B (
Tempat Terang)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
|
I
|
II
|
||
B1
|
Siput air Lymnaea sp
|
++
|
++
|
B2
|
Siput air Lymnaea sp+ Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
B3
|
Hydrilla verticillata
|
+
|
++
|
B4
|
Kontrol
|
+
|
+
|
Keterangan: + + + : merah sekali
++ : merah sedang
+ : merah muda
- - - : bening jernih
- - : bening sedikit merah
- : bening merah
IV. 2
Pembahasan
Percobaan tentang hubungan produsen dan konsumen dalam siklus karbon di
perairan dilakukan selama 4 hari dengan 2 hari dilakukan pertukaran tempat
antara botol sampel A dan botol sampel B. Pada hari pertama dan hari kedua,
botol sampel A diletakkan di tempat yang terang, sedangkan botol sampel B
diletakkan di tempat gelap. Pada hari ketiga dan hari keempat botol sampel A
dan botol sampel B ditukar tempatnya. Hal tersebut untuk mengetahui hubungan
antara produsen dan konsumen dalam memanfaatkan karbon di perairan.
Berdasarkan data hasil pengamatan terlihat bahwa pada hari
pertama pada botol sampel A terlihat bahwa botol A1 yang berisi air dan siput air Lymnaea sp sebagai konsumen warna air yang telah ditetesi methylen
red berwarna merah sekali. Botol A2 yang berisi air, siput Lymnaea sp dan hidrilla Hydrilla
verticillata terlihat bahwa air berwarna merah sedang dan terlihat lebih
banyak gelembung pada permukaan air dari hari sebelumnya yang merupakan hasil
respirasi organisme. Botol A3 yang berisi air dan hidrilla Hydrilla verticillata terlihat bahwa air berwarna sedang dan
telihat pula gelembung yang lebih banyak dari hari sebelumnya. Botol A4 yang
hanya berisi air berwarna merah muda. Pada hari kedua telihat bahwa air pada
botol A1 berwarna merah sedang, botol A2 berwarna merah sedang dan terdapat
lebih banyak gelembung udara, botol A3 berwarna merah sedang dan botol A4
berwarna merah muda.
Pada
hari pertama untuk botol sampel B yang terletak di tempat gelap terlihat bahwa
botol B1 air yang berisi siput air Lymnaea
sp dan telah ditetesi methylen red berwarna merah muda. Botol B2 berwarna
merah sedang. Botol B3 berwarna merah muda dan botol B4 berwarna merah muda.
Pada hari kedua botol B1 berwarna merah sedang, botol B2 berwarna merah sedang,
botol B3 berwarna merah sedang dan botol B4 merah muda.
Setelah
dilakukan pengamatan di hari kedua jenis botol ditukar tempatnya untuk diamati
di dua hari berikutnya. Pada hari pertama untuk pengamatan botol sampel A di
tempat gelap terlihat bahwa air pada botol A1 berwarna merah sekali, botol A2
berwarna merah sedang, botol A3 berwarna merah sedang dan botol A4 berwarna
merah muda. Pada hari kedua untuk pengamatan botol sampel A di tempat gelap
terlihat bahwa botol A1 air berwarna merah sekali, botol A2 berwarna merah
sekali, botol A3 berwarna merah sedang dan botol A4 berwarna merah muda.
Untuk
Botol sampel B yang diletakkan di tempat terang, terlihat pada hari pertama
botol B1 berwarna merah sedang, botol B2 berwarna merah sedang, botol B3
berwarna merah muda dan botol B4 berwarna merah muda. Pada hari kedua, terlihat
bahwa botol B1 berwarna merah sedang, botol B2 berwarna merah sedang, botol B3
berwarna merah sedang dan botol B4 berwarna merah muda. Tiap
botol sampel dalam percobaan menunjukkan bahwa terjadi siklus karbon dalam air
di botol.
Penambahan
methylen red bertujuan untuk mengetahui kadar pH (potensial hidrogen) dalam
air. Methylen Red adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2,
senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam basa. Indikator ini
berwarna merah pada pH dibawah 4.4 dan berwarna kuning diatas 6.2.
Dalam
percobaan air ada yang berwarna merah sekali, merah sedang dan merah muda yang
menunjukkan bahwa air tersebut bersifat asam. Air dapat bersifat asam akibat
hasil dari kelimpahan asam karbonat dalam air akibat siklus karbon yang terjadi
dalam air tersebut, dimana karbon dioksida dari konsumen sebagai hasil
respirasi dimanfaatkan oleh produsen dengan bantuan sinar matahari dan klorofil
menghasilkan karbohidrat dan gas oksigen yang kemudian dimanfaatkan oleh
konsumen untuk kelangsungan hidup. Produsen dalam air memanfaatkan CO2
yang terlarut (sebagai karbonat, HCO3). Kelarutan CO2
dalam air berbeda dengan oksigen karena gas ini bereaksi secara kimiawi dalam
air. Karbondioksida an akan terdissosiasi menjadi ion hidrogen dan bikarbonat
dan pada akhirnya ion bikarbonat terdissosiasi lagi menjadi ion hidrogen dan
karbonat. Sebagai hasil reaksi di atas ialah terjadinya produksi atau absorbsi
hidrogen bebas, sehingga jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan tolak
ukur keasaman. Lebih banyak ion H+ berarti lebih asam, lebih sedikit
berarti lebih basa. Produsen juga mengalami proses yang respirasi yang
ditunjukkan dari munculnya gelembung yang bertambah banyak setiap hari berupa
gas oksigen. Munculnya gelembung udara yang banyak tersebut akibat dari laju
proses repirasi yang dilakukan oleh produsen dan lambatnya respirasi yang
dilakukan oleh konsumen akibat dari sedikitnya jumlah atau matinya konsumen.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan sudah sesuai teori
yang ada.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hubungan
antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan siklus karbon dan mutlak
diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga kestabilannya.
2. Salah
satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen dalam pemakaian dan
produksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan uji bromtimol merah.
V.
2 Saran
Adapun
saran saya agar asisten dapat mendampingi praktikan dalam melakukan percobaan
agar tidak terjadi suatu kesalahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshory,
I., 1984. Biologi umum. Ganesa
Exact, Bandung.
Campbell,
N. A., J. B. Reece, and L. A. Urry., 2008. BIOLOGI
Edisi kedelapan jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Kimbal,
J.W., 1999. Biologi Edisi ke-5 Jilid
3. Erlangga, Jakarta
Sasmita D.W., 1994. Materi Pokok Biologi Umum.
Deptdikbud, Jakarta
Soendjojo,
D., 1990. Ekologi Lanjutan.
Universitas Terbuka, Jakarta.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi
Umum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar