Jumat, 31 Mei 2013

METODE SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
                       
PERCOBAAN VI
METODE SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI

NAMA                       : NUR SAKINAH
NIM                            : H411112293
KELOMPOK            :I (SATU) B
HARI/ TGL               : SELASA/30 APRIL 2013
                        ASISTEN                   : SUWARDI
                                                              NURUL QALBY


http://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg




LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
    Bentuk komunitas disuatu tempat ditentukan oleh keadaan dan sifat-sifat individu sebagai reaksi terhadap faktor lingkungan yang ada, dimana individu ini akan membentuk populasi didalam komunitas tersebut. Komunitas secara dramatis berbeda beda dalam kekayaan spesiesnya (species richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies yang semuanya umum ditemukan (Campbell, 2008).
    Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
          Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Setiadi, 1984). Oleh karena itu dilakukan percobaan ini Untuk menentukan kepadatan, ferkuensi, dan dominansi dari suatu ekosistem dengan menggunakan metode-metode sampling.

1.2  Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan mengenai metode sampling dan analisis vegetasi adalah:
1.      Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominasi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dengan menggunakan metode petak tunggal, petak ganda, line transek, dan belt transek dan metode Kuadran.
2.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.

1.3  Waktu dan Tempat percobaan
Percobaan Metode Sampling dan Analisis Vegetasi dilakukan pada hari Selasa, tanggal 30 April 2013 pukul 14:00-17:30 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Lantai 1, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengamatan dilakukan di padang rumput, di samping OMEGA, fakultas  Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi (Rohman dan Sumberartha, 2001).
          Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak, cara peletakan petak dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Wolf, 1992).
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Rohman dan Sumberatha, 2001) :
1.   Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
2.   Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi, distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance) (Rososoedarmo, 1990).
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Dalam mengukur kerapatan biasanya muncul suatu masalah sehubungan dengan efek tepi (side effect) dan life form (bentuk tumbuhan). Untuk mengukur kerapatan pohon atau bentuk vegetasi lainnya yang mempunyai batang yang mudah dibedakan antara satu dengan lainnya umumnya tidak menimbulkan kesukaran yang berarti. Tetapi, bagi tumbuhan yang menjalar dengan tunas pada buku-bukunya dan berrhizoma (berakar rimpang) akan timbul suatu kesukaran dalam penghitungan individunya. Untuk mengatasi hal ini, maka kita harus membuat suatu kriteria tersendiri tentang pengertian individu dari tipe tumbuhan tersebut. Masalah lain yang harus diatasi adalah efek tepi dari kuadrat sehubungan dengan keberadaan sebagian suatu jenis tumbuhan yang berada di tepi kuadrat, sehingga kita harus memutuskan apakah jenis tumbuhan tersebut dianggap berada dalam kuadrat atau di luar kuadrat. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan perjanjian bahwa bila > 50% dari bagian tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat, maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam kuadrat dan tentunya barns dihitung pengukuran kerapatannya (Odum, 1993).
Frekuensi adalah presentase total kuadrat yang berisi paling sedikit satu individu spesies tertentu yang berakar. Ini adalah sebagian suatu ukuran dimana peneliti relatif menyebut sosiabilitas. Frekuensi relatif adalah frekuensi satu spesies sebagai presentase frekuensi dibagi satu spesies sebagai presentase frekuensi total tumbuhan (Rososoedarmo, 1990).
Dominansi menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan. Suatu jenis tumbuhan yang mampu melaksanakan kontrol atas aliran energy yang terdapat dalam komunitas dinamakan ekologi dominan (Odum, 1993).
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Soegianto, 1994) yaitu :
INP = FR + KR + DR

Basal area ini merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal area diduga dengan mengukur diameter batang. Dalam hal ini, pengukuran diameter umumnya dilakukan pada ketinggian 1.30 m dari permukaan tanah, DBf (Wolf, 1992).
Metode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi ataupun dalam bentuk lingkaran, sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat keheterogenan komunitas. Ukuran plot umumnya ditentukan berdasarkan luasan kurva spesies tumbuhan dan hewan menetap (sessile) ataupun yang bergerak lambat, contohnya hewan tanah dan hewan yang bersarang di lubang (Umar, 2013).
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Michael, 1990).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Metode transek ini terdapat 3 macam metode (Syafei, 1990) yaitu:
1. Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian, Setiap segmen dipelajari vegetasinya.
2. Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat.
Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transek, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan. Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (Umar, 2013).
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh  (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ) (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).


Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Dari nilai relatif ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1990).


















BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah meteran, patok, plot berukuran 1 x 1 meter , dan alat tulis menulis.

III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah areal yang akan diamati (areal komunitas) dan tali rafia.

III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
A.    Metode Plot Tunggal
1.    Dipilih suatu areal yang akan diamati
2.    Diletakkan plot berukuran 1 x 1 meter
3.    Lalu dihitung jumlah vegetasi rumput dan semak yang ada di dalam areal plot.
4.    Catat dan dimasukkan ke dalam tabel.
B.     Metode plot ganda
1.    Dipilih suatu areal yang akan diamati,
2.    Diletakkan plot yang berukuran 1x 1 meter, kemudian dibuat petak berukuran 20 x 10 cm di dalam plot tersebut
3.    Lalu dihitung jumlah vegetasi rumput dan semak yang ada di dalam areal plot.
4.    Dilakukan sebanyak 5 kali sampling di daerah yang berbeda dalam areal plot tersebut.
5.    Catat dan dimasukkan ke dalam tabel.
C.     Metode  Line Transek
1.      Ditentukan areal yang akan diamati
2.      Dibentangkan tali sepanjang 10 meter  dan masing-masing ujung tali rafia         diikatkan pada sebuah patok.
3.      Dihitung vegetasi yang batangnya mengenai tali dan berada di bawah tali.
4.      Dimasukkan data ke dalam tabel dan dianalisis data tersebut
5.      Ulangi prosedur kerja sebanyak 3 kali untuk daerah sampling lain
D.    Metode Belt Transek
1.        Ditetukan areal yang akan diamati.
2.        Dibentangkan tali dengan panjang 30 meter dan lebar 10 meter dengan              menggunakan patok.
3.        Dibuat petak sebanyak 3  di antara 2 tali tersebut. Jarak antara petak dengan petak lain adalah 10 m dengan menggunakan patok sebagai penandanya.
4.        Dihitung pohon yang berada pada setiap petak tersebut
5.        Dimasukkan data ke dalam tabel dan analisis data tersebut.
E.   Metode Kuarter/ Kuadran
1.    Ditentukan areal yang akan diamati.
2.   Pada garis sumbu atau transek ditentukan titik sumbu awal yang dibagi atas 4 kuadran atau sektor.
3.  Dihitung jarak pohon terdekat ke titik sumbu disetiap sektor, dan dihitung diameter pohonnya.
4.  Ditentukan titik sumbu berikutnya dengan cara merata-ratakan jarak pohon pada titik sumbu sebelumnya kemudian dikalikan dengan 2,5
5.   Diulang cara kerja 1-3 pada titik sumbu berikutnya.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil Pengamatan
IV. 1. 1 Hasil Pengamatan Menggunakan Metode Plot Tunggal
Tabel 1. Data vegetasi dengan menggunakan metode plot tunggal
No
Spesies (i)
Putri malu
Spesies A
Spesies B
Spesies C
R.gajah
Spesies D
Spesies E
1
16
20
9
1
60
20
4
130
16
20
9
1
60
20
4
130

IV. 1. 2 Hasil Pengamatan Menggunakan Metode Plot Ganda
Tabel 2. Data vegetasi dengan menggunakan metode plot ganda
Plot
Spesies (i)
Rumput gajah
Rumput dewa
Putri malu
Rumput liar
1
4
-
-
-
4
2
2
1
-
-
3
3
8
-
-
-
8
4
2
1
-
2
5
5
2
-
2
-
4
18
2
2
2
24

IV. 1. 3 Hasil Pengamatan Menggunakan Metode Line Transek
Tabel 3. Data vegetasi dengan menggunakan metode line transek
Transek ke-
Spesies (i)
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J


1
8
12
11
-
-
4
3
11
116
-

165
2
6
13
-
11
1
11
-
14
28
29

113
3
1
2
-
4
-
83
-
5
-
-

95
16
27
11
15
1
98
3
30
144
29

373

IV. 1. 4 Hasil Pengamatan Menggunakan Metode Belt Transek
Tabel 4. Data vegetasi dengan menggunakan metode belt transek
transek ke
Spesies
GBH (cm)
DBH (cm)
beringin
A
alegra
B
C

Beringin= 79,87
A           = 54,23
Alegra   = 24
B           = 20,12
C           = 34,78
25,43
17,27
7,64
6,37
11,08
I
1
1
-
-
-
2
II
1
-
1
1
1
4
2
1
1
1
1
6



IV. 1. 5 Hasil Pengamatan Menggunakan Metode Kuarter/Kuadran
Tabel 5. Data vegetasi dengan menggunakan metode kuarter/kuadran
Kuadran ke
Spesies
Jarak pohon
GBH
DBH
I
Cemara
6,38 m
60 cm
19,10 cm
Nangka
5,3 m
12,82 cm
4,08 cm
A
7 m
58 cm
18,47 cm
Mahoni
5,43 m
27 cm
8,6 cm
II
A
6,41 m
58 cm
18,47 cm
B
10,45 m
5,6 cm
1,8 cm
Mahoni
8,15 m
16 cm
5,09 cm
C
13,57 m
72 cm
22,92 cm

IV.2 Pembahasan
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara struktur vegetasi tumbuh-tumbuhan. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. di samping itu analisis vegetasi merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur tumbuhan.
Pada percobaan ini untuk menentukan kepadatan, frekuensi dan dominansi suatu komunitas digunakan metode plot tunggal, plot berganda, line transek, belt transek dan metode kudran serta menggunakan rumus-rumus sederhana dalam analisis vegetasi.. Hal ini bertujuan untuk membandingkan kepadatan, frekuensi, serta dominansi pada pengambilan sampel secara sistematik dan acak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, metode pertama yang digunakan adalah metode plot tunggal artinya pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan plot yang berukuran 1 m x 1m kemudian menghitung semua jenis dan jumlah organisme yang berada pada plot tersebut. Pada metode plot tunggal menghasilkan kerapatan mutlak 130, frekuensi mutlak 7, dominansi mutlak 0,996, INP 299,87%, dan SDR 99,82%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu Rumput Gajah  dengan INP(rg) = 106,73 %
Metode yang kedua adalah metode plot ganda dengan 5 replikat yang berukuran 20 cm x 10 cm dengan cara peletakan plotnya secara acak, dan teknik analisanya dengan menghitung pertumbuhan perjenis serta jumlah keseluruhan. Pada metode plot ganda  menghasilkan kerapatan mutlak 240, frekuensi mutlak 1,8, dominansi mutlak 1, INP 299,984%, dan SDR 99,97%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu Rumput Gajah  dengan INP(rg) = 205,63 %
          Metode yang ketiga adalah metode line transek dengan panjang transek 20 m x 10 m, kemudian seluruh organisme yang ada di dalamnya dihitung dan dicatat berdasarkan jenisnya. Pengambilan sampling dilakukan sebanyak 3 kali dan teknik analisanya yaitu dengan menghitung kerapatan, frekuensi, dan dominansi dari masing-masing organisme yang diamati. Pada metode line transek menghasilkan kerapatan mutlak 623,1, frekuensi mutlak 6,67, dominansi mutlak 0,996, INP 299,796% , dan SDR 99,922% .Spesies yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu spesies E  dengan INP(E) = 75,99 %
Metode yang keempat adalah metode belt transek dengan menghitung dan mengamati tumbuhan yang berada di dalam petak 30 m x 10 m, serta teknik analisanya dengan menghitung pohon yang ada dalam petak. Pada metode belt transek menghasilkan kerapatan mutlak 0,011, frekuensi mutlak 3, dominansi mutlak 0,486, INP 299,98%, dan SDR 99,993%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu pohon Beringin  dengan INP(BR) = 188,68 %.
Metode yang terakhir adalah metode kuadran/kuarter dengan terlebih dahulu menentukan titik sumbu, kemudian diletakkan patok sebagai patokan untuk mengukur jarak pohon ketitik sumbu. Pada metode kuadran/kuarter menghasilkan kerapatan relatif 100, frekuensi mutlak 4, dominansi mutlak 0,4888, INP 299,98%, dan SDR 99,99%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu pohon Mahoni  dengan INP(mhn) = 86,82 %
            Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa indeks nilai penting dapat menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Dapat pula disimpulkan bahwa setiap teknik-teknik sampling yang digunakan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses perhitungannya dan tentu dari masing-masing teknik sampling yang digunakan keefektifan dan keefisienan masing- masing.





BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.    Hasil  yang diperoleh dari  pada metode plot tunggal menghasilkan KM= 130, FK= 7, DM= 0,996, INP= 299,87%, dan SDR= 99,82%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu Rumput Gajah  dengan INP(rg) = 106,73 %. Pada metode plot ganda  menghasilkan KM= 240, FK= 1,8, DM= 1, INP 299,984%, dan SDR= 99,97%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu Rumput Gajah  dengan INP(rg) = 205,63 %. Pada metode line transek menghasilkan  KM= 623,1, FM= 6,67, DM= 0,996, INP= 299,796% , dan SDR= 99,922% .Spesies yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu spesies E  dengan INP(E) = 75,99 %. Pada metode belt transek menghasilkan KM= 0,011, FM= 3, DM= 0,486, INP 299,98%, dan SDR 99,993%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu pohon Beringin  dengan INP(BR) = 188,68 %. Pada metode kuadran/kuarter menghasilkan KR= 100, FM= 4, DM= 0,4888, INP= 299,98%, dan SDR= 99,99%. Spesies yang memilki nilai INP tertinggi yaitu pohon Mahoni  dengan INP(mhn) = 86,82 %.
2.    Ada beberapa teknik-teknik sampling organisme dalam analisis populasi misalnya metode plot tunggal, metode plot berganda, metode line transek, metode belt transek, dan metode kuadran / kuarter.

V.2 Saran
            Diharapkan pada praktikum selanjutnya agar asisten dapat mengawasi praktikan dari dekat dan saksama agar diperoleh data yang  lebih akurat.








DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. A. Urry., 2008. BIOLOGI Edisi kedelapan    jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Michael, 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.

Resosoedarmo, Soedjiran., 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya,        Jakarta
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha., 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi    Tumbuhan. JICA, Malang.

Setiadi, D., 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati. Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.

Soegianto, Agoes., 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Syafei., 1990. Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Umar, M. R., 2013. Ekologi Umum Dalam Praltikum. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wolf, L., 1992. Ekologi Umum.  Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Odum, Eugene., 1993. Dasar-dasar Ekolog. Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar