Jumat, 31 Mei 2013

POLA PENYEBARAN INDIVIDU DALAM POPULASI


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN VIII
POLA PENYEBARAN INDIVIDU DALAM POPULASI

NAMA                       : NUR SAKINAH
NIM                            : H41112293
KELOMPOK            : 1 (SATU) B
HARI/TANGGAL    : SELASA/ 19 APRIL  2013
ASISTEN                   : SUWARDI
                                      NURUL QALBY  

http://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg




LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB  I
PENDAHULAN
1.1  Latar Belakang
          Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan organisme lainnya hal inilah yang menjadi dasar pentingnya mempelajari mengenai populasi. Dari sejak awal munculnya variasi jenis organisme di bumi, muncul pula karakteristik dari setiap kelompok yang selalu ingin hidup bersama diantara sesama jenisnya, sehingga hampir semua jenis organisme di bumi dijumpai cenderung hidup mengelompok (Umar, 2013).
          Perubahan-perubahan dalam jenis habitat juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola penyebaran, dan dalam habitat yang sama, spesies-spesies yang berada biasanya memperlihatkan perbedaan pola penyebaran (Setiadi,  1990).
          Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
          Informasi kepadatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran spatialnya (tempat). Kepadatan populasi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya (Umar, 2013). Untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Mourisita maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2  Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.    Menentukan pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Mourisita.
2.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.

1.3  Waktu dan Tempat Percobaan

          Percobaan Pola Penyebaran Individu Dalam Populasi ini dilakukan pada hari Jum`at, tanggal 19 April 2013 pukul 14.30-16.00 WITA bertempat di Laboratrorium Biologi Dasar Lantai 1, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan data dilakukan di samping Jurusan Geologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soegianto, 1994).
Populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan populasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami alam (Heddy, 1986).
Terdapat dua ciri dasar dari suatu populasi yaitu ciri biologi, yang merupakan ciri yang dipunyai oleh suatu individu pembangun populasi itu, serta ciri statistik yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok dari individu-individu. Seperti halnya suatu individu organisme suatu populasi pun memiliki struktur dan organisme tertentu, yang sifatnya ada yang konstan ada pula yang mengalami perubahan sejalan dengan waktu, memiliki ontogeny atau sejarah perkembangan kehidupan, dapat dikenai dampak faktor-faktor lingkungan dan dapat  memberikan respon terhadap faktor-faktor lingkungan (Heddy, 1986).

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Soegianto, 1994).
Penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola (Umar, 2013) yaitu:
1.    Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal secara permanen.
2.    Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara permanen.
3.    Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah populasi lainnya secara periodik.
  Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Michael, 1994) yaitu:
1.    Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2.    Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.
3.    Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi lokal, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi sosial yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1993).
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Mc Naughton, 1990).
Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara laju rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi yang tidak bermigrasi sering kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti (Odum, 1993).




















BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1     Alat
Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis, dan plot dengan ukuran
1 x 1 meter

III.2     Bahan
Bahan yang digunakan adalah tumbuhan disekitar areal pengamatan sebagai objek penelitian.

III.3     Cara Kerja
            Cara kerja dari percobaan ini adalah :
1.    Dipilih satu areal komunitas dan populasi yang memiliki keanekaragaman jenis sebagai areal untuk melakukan pengkuran.
2.    Disiapkan plot dengan ukuran 1 X1 meter
3.    Diletakkan plot secara acak diatas areal
4.    Dihitung dan dicatat jenis  organisme (hewan maupun tumbuhan) yang terdapat didalam area plot
5.    Dilakukan pengamatan kembali sebanyak 10 kali di tempat berbeda, kemudian selanjutnya dilakukan perhitungan di Laboratorium.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan
       Tabel 1. hasil pengamatan
Plot
Spesies
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
1
20
35
15
4
18
3
4
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
57
6
6
0
12
57
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
30
20
0
5
3
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
3
4
0
5
0
0
0
0
0
1
1
10
4
19
0
0
0
0
0
5
4
0
0
34
4
0
0
0
0
0
0
32
0
0
1
0
0
0
0
6
11
16
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
7
6
0
0
42
0
5
0
46
15
0
0
7
0
0
0
0
12
1
0
8
8
0
0
44
0
0
0
0
23
1
0
9
1
0
0
0
6
1
0
9
8
6
2
32
0
11
0
37
1
6
0
18
2
0
0
0
0
0
0
10
11
0
0
0
0
0
0
13
5
0
0
5
2
7
8
0
0
0
4
101
81
17
223
31
26
4
125
101
8
1
81
9
26
9
7
18
2
4

IV.2 Analisis Data
Id   = n  
Keterangan :    - n        = Jumlah plot
-  N       = Jumlah total individu
-  ∑X2 = Kuadrat jumlah spesies/plot
Terdistribusi :  - Acak, jika Id = 1
-  Seragam, jika Id < 1
-  Kelompok, jika Id > 1
X2 =  ( n ∑X2 / N ) – N


IV.3 Pembahasan
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya.
          Dalam percobaan dilakukan pengambilan data dengan menggunakan metode plot yang dilemparkan secara acak sebanyak 10 kali ( n ) dengan plot berukuran 1 x 1 meter di sebuah lokasi yakni di belakang Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin. Dalam pengambilan data diperoleh 19 jenis spesies organisme. Spesies yang diperoleh diberi simbol dengan huruf dari A sampai S.
          Spesies A berjumlah 101, spesies B berjumlah 81, spesies C berjumlah 17, spesies D berjumlah 223, spesies E berjumlah 31, spesies F berjumlah 26, spesies G berjumlah 4, spesies H berjumlah 125, spesies I berjumlah 101, spesies J berjumlah 8, spesies K berjumlah 1, spesies L berjumlah 81, spesies M berjumlah 9, spesies N berjumlah 26, spesies O berjumlah 9, spesies P berjumlah 7, spesies Q berjumlah 18, spesies R berjumlah 2, dan  spesies S berjumlah 4.
          Berdasarkan data diketahui bahwa populasi dalam lokasi tersebut memilki pola penyebaran mengelompok dan acak. Pola penyebaran yang tergolong rendah didapatkan pada spesies K, M, R yaitu berarti penyebarannya secara acak dari hasil ujian yang dilakukan yang berarti X2 hitung <  X2 tabel yang menunjukkan pola penyebarannya secara acak sedangkan pola penyebaran yang tinggi di dapatkan pada spesies A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, L, N, O, P, Q, dan S yang berarti pola penyebarannya mengelompok dari hasil ujian yang dilakukan yang berarti X2 hitung >  X2 tabel yang menunjukkan bentuk penyebarannya secara acak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran populasi tersebut adalah  kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) dan juga lingkungan tempat tinggal makhluk hidup. Dalam percobaan yang dilakukan hewan yang didapat sedikit, hal ini disebabkan kondisi cuaca yang pada saat itu sedang turun hujan deras.
Dari hasil percobaan yang didapat dapat disimpulkan bahwa pola penyebaran populasi yang ada pada areal tempat percobaan tinggi. Hal ini berdasarkan data hasil indeks Mourisita yang didapat yang menunjukkan persebaran yang didapat tinggi karena berdasarkan pengambilan acak. Tetapi populasi hewan yang didapat sedikit hal ini disebabkan oleh faktor cuaca yang pada saat dilakukan pengambilan sampel tidak mendukung.












BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Dengan menggunakan Indeks Morisita, pada metode plot acak didapatkan hasil pola penyebaran yang tergolong rendah didapatkan pada spesies K, M, R yaitu berarti penyebarannya secara acak dari hasil ujian yang dilakukan yang berarti X2 hitung <  X2 tabel yang menunjukkan pola penyebarannya secara acak, sedangkan pola penyebaran yang tinggi di dapatkan pada spesies A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, L, N, O, P, Q, dan S yang berarti pola penyebarannya mengelompok dari hasil ujian yang dilakukan yang berarti X2 hitung >  X2 tabel yang menunjukkan bentuk penyebarannya secara acak.
2.    Pengambil data untuk mengetahui jenis pola penyebaran individu dalam
populasi dilakukan dengan menggunakan teknik sampling organisme berupa metode plot dan untuk analisis data digunakan indeks Morisita. Setelah melakukan pengambilan data,  mahasiswa telah mengetahui bagaimana cara menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.
V.2 Saran
          Sebaiknya percobaan dilakukan pada saat cuaca mendukung agar praktikan memperoleh hasil yang valid dan agar praktikan terhindar dari sakit akibat kehujanan.



DAFTAR  PUSTAKA
Heddy, S., 1986.  Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia, Jakarta.

Odum, Eugene., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Setiadi, D., 1989. Dasar-dasar Ekologi. Pusat Antar Ilmu Hayat, IPB.

Soegianto, Agoes., 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya

Umar, M. R., 2010. Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,  Makassar.

Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.